6/15/2007

Dialog Papah dengan Asya....(Siapakah Kritikus Sejati ??)

SUATU SORE DI RUANG TENGAH

Suatu sore di ruang tengah, ...kriiing...kriiiing...kriiiiiiiing.......suara telepon berdering cukup lama. Dengan bergegas si Papah mengangkat telepon....(terjadi pembicaraan cukup serius).

Di sudut yang lain (masih di ruang tengah) ada sosok anak kecil dengan potongan rambut DORA the Explorer sedang asyik mewarnai gambarnya. Kuperhatikan dari balik jendela kamar, anak itu begitu serius mewarnai. Kulihat dia memberikan warna coklat pada langit, warna merah pada pohon dan warna biru pada rumahnya (suatu hal yang agak menyimpang... dimana biasanya kita beri warna biru untuk langit, hijau untuk pohon dan warana-warni untuk rumah...???), sambil sesekali ia mencuri pandang ke arah pria yang sedang menerima telepon (si Papah).

Cukup lama si Papah terlibat pembicaraan di telepon. Pada awalnya si Papah berbicara dengan nada sedang, tetapi beberapa menit kemudian nada bicaranya agak meninggi !!! Dan nampaknya anak kecil itu menyadari perubahan tersebut. Hingga membuatnya semakin penasaran, semakin ingin tau, semakin ingin mendengarkan secara seksama apa yang si Papah bicarakan di telepon.

Si Papah :
“Wah kalo seperti itu bener-bener tidak bisa saya terima.....Emangnya gampang untuk.............(off the record). Ya udah kita harus tegesin aja. KURANG AJAR bener orang itu !!!!!!”

Sontak anak kecil itu menghentikan kegiatan mewarnainya, kemudian dengan spontan ia berteriak...

Anak Kecil :
“HAYOOO !!! Papah ngomong apaan tadi ? Ngomong KURANG AJAR ya ??!! Nggak boleh dong !!! Katanya nggak bagus ngomong kayak gitu .....

Teriakan spontan dari anak kecil tadi membuat si Papah menjauhkan telepon dari mulutnya...

Si Papah :
“Oh iya Papah lupa... Maaf..maaf... Papah ga sengaja, udah dilanjutin aja mewarnainya..”

Sekali lagi dari balik jendela aku cuman tersenyum simpul melihat kejadian itu. Dan untuk berikutnya si Papah kembali merendahkan nada bicaranya di telepon. Dan anak kecil itu semakin menajamkan pendengarannya. Sepertinya tidak mau melewatkan kesempatan sekecil apapun untuk mendengarkan lagi jika ada ucapan yang “sopan” itu terlontar dari mulut si Papah.....


SUATU MALAM DI DALAM MOBIL

Waah.... akhirnya selesai sudah untuk hari ini. Dengan bergegas kukemasi buku-buku dan peralatan mengajar di meja. Waktu menunjukkan pukul 20.30 wib. Aduuuh masih lama!! Kurang seperempat jam lagi, pikirku.

Tapi sayup-sayup kudengar ada suara anak kecil berteriak dan bernyanyi di halaman depan kantor. Suara itu sepertinya aku kenal !! Oh ya my little angels. Mereka sudah datang !! untuk menjemputku... Teng..teng.. Akhirnya pas jam 20.45 wib. Hore .....PULANG !!!

Di dalam mobil seperti biasa kudengarkan celotehan mereka. Dari mulai temen-temen sekolah sampai dengan sinetron yang mengeksploitasi agama secara berlebihan dan akhirnya yang tertangkap oleh pikiran mereka adalah sesuatu yang MENAKUTKAN dan MENGERIKAN !!!!!!! (Inilah akibat dari sifat orang kita (red: Indonesia), yaitu “latah” dalam segala hal bahkan sampai dalam tema sinetron)

Tapi teteeeep..kunikmati momen seperti itu.....mendengarkan celotehan mereka, sesekali mengingatkan mereka, sesekali mengomeli mereka, bahkan sesekali memarahi mereka kalo nggak bisa anteng di dalam mobil.....

Si Papah hanya senyam-senyum saja dari balik setir mobil mendengarkan celotehan mereka, yang seringkali akupun tidak mengerti apa yang mereka celotehkan (maklum ada beberapa kosakata yang janggal penempatannya).

Tiba-tiba.... ciiiit...ciiiit.....ciiiiit.....Mobil di rem dengan mendadak !!!!! Kita berempat bener-bener terkejut. Belum selesai keterkejutan kita, kudengar si Papah berteriak:

“EDIAAAAN !!! Bener-bener GILA orang itu !! Masak belok gak pake tanda !!!

Dan masih tiba-tiba juga SyaLala berteriak kompak:

“Iiiiih !!!! Papah ngomong EDAN ama GILA ik !!!! Yeee.. nggak boleh dong Pah! Ngga bagus tau !!!

Nampaknya si Papah menyadari kekeliruannya dan langsung berkata :

“Iya...maaf..maaf...papah salah....besok ngga ngomong kayak gitu lagi ah !”


Dari 2 kejadian itu aku berpikir :

Indonesia kita begitu kaya akan kritikus. Mulai dari kritikus sastra, kritikus film, kritikus lagu sampe kritikus hukum, politik dan pemerintahan.

Tetapi apakah mereka benar-benar kritikus sejati ?

Bisakah kita menjamin bahwa mereka melakukan pekerjaan sebagai seorang kritikus (mengkritik) dilakukan tanpa pamrih ? Bisakah kita menjamin bahwa bukan kepopuleran dan ketenaran yang mereka kejar ? Bisakah kita menjamin bahwa bukan kepentingan pribadi yang menjadi orientasi mereka ? Bisakah kita menjamin bahwa kemajuan dan perubahan ke arah yang lebih baik menjadi tujuannya? Bisakah kita menjamin bahwa bukan perasaan iri, dengki yang menyebabkan mereka bisa mengkritik? Bisakah kita menjamin bahwa bukan karena ingin menjatuhkan orang lain? ....

Akhirnya aku cuma bisa bilang. Heeiii !! lihatlah dan berkacalah pada anak kecil !!! Mereka mengkritik bukan untuk pamrih, mereka mengkritik bukan untuk popularitas, mereka mengkritik bukan untuk uang, mereka mengkritik bukan karena benci, iri dan dengki. Mereka mengkritik karena mereka sudah diberitahu sebelumnya bahwa itu adalah SALAH tetapi mengapa yang SALAH itu tetap dilakukan oleh orang dewasa......?????

Dan sekarang kutahu jawaban dari pertanyaan “SIAPAKAH KRITIKUS SEJATI ??”

Give your comment. I'll wait....

No comments:

Post a Comment